Kajian yang digelar BPBD Jatim bekerjasama dengan Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA-badan milik PBB) dan Australian AID di Hotel Tretes View Prigen-Pasuruan itu diharapkan mampu menjadi acuan bagi semua pihak pemangku kepentingan dalam menanggulangi bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Sudarmawan mengatakan, rencana kontinjensi itu untuk mengantisipasi dampak negatif luapan Bengawan Solo, baik untuk keselamatan jiwa, harta benda dan fasilitas umum yang ada di daerah aliran sungai Bengawan Solo.
"Rencana kontinjensi ini disusun dengan skenario wilayah terpapar meliputi Ngawi, Kota Madiun, Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik," ujarnya di kantor BPBD Jatim, Kamis, (14/2)
Lebih jauh ia menjelaskan, salah satu upaya untuk mewujudkan Jatim lestari dan tangguh terhadap bencana adalah dengan mengubah paradigma lama atau responsif ke paradigma baru atau preventif. Yakni, mendorong penguatan kegiatan kesiapsiagaan dan mitigasi penanggulangan bencana sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana.
Berdasarkan analisis risiko bencana banjir Sungai Bengawan Solo umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah yang ada, tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.
"Provinsi hanya melakukan pendampingan. Ini karena perintah gubernur untuk BPBD Jatim agar melakukan intervensi, termasuk bantuan uang dan material bahan banjiran," imbuhnya.
Pada tahun 2012, lanjut dia, sudah dibuat delapan dokumen kontinjensi, yang terdiri dari jenis bencana banjir longsor, tsunami dan gunung meletus. Dokumen dijadikan komitmen dan disepakati semua pemangku kepentingan, termasuk jalur evakuasinya. arf
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !