Rupiah Lemah, Produsen Makanan Olahan Untung

SURABAYA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dimanfaatkan produsen makanan olahan PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) untuk ekspansi guna memperkuat pasar, terutama pasar dalam negeri. Selama ini pasar terbesar produk olahan Sekar Bumi dalah pasar ekspor.

Melalui tiga anak usaha baru yang telah siap memulai pembangunan pabrik di kota yang berbeda dengan produksi makanan beku olahan. Ketiga anak usaha tersebut adalah PT Bumi Pangan Asri yang berlokasi di Lamongan, Jawa Timur, PT Bumi Pangan Inti berlokasi di Bali, dan PT Bumi Pangan Utama di Tangerang.

Presiden Direktur PT Sekar Bumi Tbk Harry Lukmito mengatakan, ekspansi yang dilakukan perseroan tersebut guna menyambut besarnya potensi di pasar produk makanan olahan di dalam negeri, seiring meningkatnya daya beli konsumen khususnya kelas menengah.

"Tahun depan pembangunan pabrik di Tangerang dan Lamongan sudah bisa dimulai, dan ditargetkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2015 dengan kapasitas produksi masing-masing sekitar 12.000 ton per tahun," kata Harry kemarin.

Perseroan berharap, dengan beroperasinya pabrik baru tersebut bisa memperkuat pasar domestik, selain juga sebagian untuk pasar ekspor. "Jika selama ini komposisi ekspor kita sekitar 95% yakni ke pasar Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat, pada dua tahun ke depan diharapkan komposisinya sekitar 80%," ujar Harry.

Dikatan Harry untuk dua pabrik di Tangerang dan Lamongan, perseroan akan lebih memprioritaskan produksi produk makanan olahan beku hasil laut, sementara pabrik di Bali memproduksi makanan beku olahan berbahan daging sapi.

Selain untuk menambah kapasitas produksi dari produk-produk sebelumnya, pabrik baru tersebut juga menyiapkan aneka produk baru. Ketiga pabrik baru itu bisa menyerap sekitar 7.000-10.000 orang tenaga kerja baru.

Sementara itu terkait kinerja perseroan, Direktur Keuangan PT Sekar Bumi, Freddy Adam menambahkan jika sepanjang 9 bulan pertama tahun 2013 perseroan berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 849,3 miliar, naik 57% dibanding periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp 542,6 miliar. Sedang laba bersih perseroan hingga September 2013 mencapai Rp 27,2 miliar, melonjak 215% dibanding periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp 8,6 miliar.

"Peningkatan kinerja signifikan yang dicapai tahun ini selain dipengaruhi oleh penngkatan volume penjualan juga sebagai dampak kenaikan dolar AS, mengingat 95% produk kita diekspor," sebut Freddy.

Dengan melihat kinerja perseroan tersebut, pihaknya optimistis penjualan tahun ini bisa menembus angka Rp 1 triliun, dengan proyeksi laba bersih bisa meningkat hingga 3 kali lipat dibanding tahun lalu. sh