Dewan Menilai Ada Markup Proyek Distan

BANTUAN - Kambing kunting semacam inilah yang diterimakan kepada warga Modo yang dinilai DPRD tidak sesuai harga pasar, Kamis (26/9/2013).
LAMONGAN - Komisi B DPRD Lamongan menemukan keganjilan proyek Dinas Peternakan bantuan APBD 2013 senilai Rp 2,2 miliar dari hasil inspeksi mendadak (sidak), Rabu (25/9/2013) dan Kamis (26/9/2013).
Sembilan rombongan Komisi B melihat bantuan kambing yang diterima enam kelompok masyarakat di Kecamatan Modo, Bluluk dan Ngimbang dengan total anggaran Rp 650 juta, tidak masuk akal karena hewannya kecil-kecil, tidak sesuai harganya.
”Kambingnya itu lo kunting-kunting dan harganya sangat tidak wajar,” ungkap Sanusi, Anggota Komisi B, Kamis (26/9/2013).
Kalau dihitung kambing di Modo itu senilai Rp 1,6 juta/ekor, padahal harga pasaran hanya sekitar Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu.
Sementara Ketua Kelompok Lembu Jengkur, Saidi mengaku, bantuan diterima dalam bentuk kepada anggota kelompoknya, bukan berupa uang. ”Langsung didrop,” kata Saidi yang menerima bantuan, 28 Agustus 2013.
Pada sidak hari pertama, Rabu (25/9/2013), di Desa Kedungkumpul, Kecamatan Sukorame, Kembangbahu dan Deket yang jadikan kawasan pengembangan ayam ras petelur dengan alokasi dana total Rp 2,2 miliar, Komisi B juga menemukan keganjilan.
”Tapi kenyataan hingga menjelang PAK program itu belum terealisasi sepenuhnya. Bahkan yang ada baru kandangnya saja, itupun masih terbengkelai dan belum selesai,” tambah Fredy, salah satu anggota rombongan kepada Surya, Kamis (26/9/2013).
Menyikapi temuan ini, Komisi B akan memanggil Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk dimintai keterangan dan pertanggungjawaban karena dinilai kurang serius dan tidak memahami skala prioritas yang mestinya cepat direalisasikan.
”Ini program unggulan Pemkab tidak bisa dibuat main-main,” tandasnya.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bruno Buu Dhewi dikonfirmasi Surya, Kamis (26/9/2013), menegaskan, sebenarnya Bansos dengan pola hibah ini semua anggarannya langsung diserahkan kepada kelompok.
”Merekalah yang membeli sendiri kambing maupun ayam ras petelur yang siap produksi,” kata Bruno.
Sedang soal program pengembangan ayam ras petelur di Sukorame, memang masih tahap pertama dari dua tahap untuk pembuatan kandang, pakan, obat-obatan dan pembelian ayam. Sedang yang di Desa Puter, Kecamatan Kembangbahu, sudah beres.
”Kalau yang di Sukorame itu memang baru tahap pertama. Nanti pada waktunya tahap kedua dana yang dicairkan,” kata Bruno.
Pihaknya memastikan, dana diterimakan langsung ke ketua kelompok dan kelompok yang membelanjakan sendiri. Dinas tidak ikut membelikan ayam maupun membelanjakan untuk keperluan kandang.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !