Pesantren Kampanyekan Islam Toleran Melalui Film
Cirebon, Serangkaian
tindakan intoleransi masih sering terjadi di Indonesia. Realita tentang
keberagaman suku bangsa, ras, dan agama di negara ini rupanya belum
menjadikan beberapa kelompok terbiasa untuk menerima perbedaan tersebut,
hingga pada akhirnya mereka menolak untuk hidup damai dan berdampingan
dengan kelompok lain.
Berbeda dengan pesantren, lembaga pendidikan ini cenderung mengajarkan Islam dengan lembut dan penuh kedamaian, maka sudah saatnya pesantren tidak hanya mengajarkan untuk kalangan santri, tapi mengkampanyekan pemahamannya tersebut melalui berbagai media, salah satunya melalui film.
Hal tersebut diungkapkan oleh Agus Nahrowi , Direktur Program Search for Common Ground (SCG), dalam acara “Diskusi Film Santri” di Gotrasawala Center, Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Jumat (19/7).
“Sebenarnya Islam yang toleran itu ada di pesantren, tapi santri kurang menyebarkan pemahaman Islamnya itu kepada khalayak. Atas dasar itu, kami melatih para santri untuk membuat film dokumenter dan untuk pertama kalinya di dunia, kami buat Festival Film Santri (FFS). Dalam program tersebut, ada 21 film dokumenter buatan santri dari seluruh Indonesia. Tapi yang kita seleksi ada 10 film. Dengan begitu, kita harap pesantren bisa menyebarkan Islam yang toleran tersebut,” ungkap Agus.
Sementara itu, Deputi Rektor Bidang Kemahasiswaan ISIF, KH Marzuki Wahid menyambut baik atas inisiasi pembuatan film dokumenter pesantren bertemakan perdamaian dan toleransi tersebut. Menurutnya, film merupakan media yang strategis untuk menyuarakan perdamaian, terlebih hasil karya para santri, di dalamnya tentu mengungkapkan fakta-fakta bahwa toleransi memang ada dalam akar-akar keislaman pesantren.
“Islam toleran di pesantren merupakan fakta terpendam yang belum terungkap, dengan terbukanya berbagai fakta yang membuktikan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia menyebarkan Islam toleran, bangsa ini harusnya optimis untuk terus menganyam keberagaman sebagai pondasi indonesia,” sambut Kiai Marzuki.
Deputi rektor juga menambahkan, pemutaran film ini sangat tepat digelar pada bulan puasa. Sebab, di bulan ini, hati setiap manusia dilatih untuk menjadi lembut.
Dalam proses seleksi karya, FFS telah memutuskan 10 pesantren yang karyanya lolos dan akan diputar di 30 pesantren, perguruan tinggi, dan komunitas sosial lainnya di Indonesia, yakni Pesantren Raudhatul Banat (Cirebon), Al-Ihya Ulumuddin (Cilacap), Al-Muayyad (Surakarta), Nahdhatul Ulum (Makassar), Darul Ma'arif (Lamongan), Qathratul Falah (Banten), Baitul Hikmah (Tasikmalaya), Al-Ghazali (Bogor), As-Shiddiqiyyah (Tangerang), dan Sabilul Hasanah (Palembang).
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Sobih Adnan
Berbeda dengan pesantren, lembaga pendidikan ini cenderung mengajarkan Islam dengan lembut dan penuh kedamaian, maka sudah saatnya pesantren tidak hanya mengajarkan untuk kalangan santri, tapi mengkampanyekan pemahamannya tersebut melalui berbagai media, salah satunya melalui film.
Hal tersebut diungkapkan oleh Agus Nahrowi , Direktur Program Search for Common Ground (SCG), dalam acara “Diskusi Film Santri” di Gotrasawala Center, Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Jumat (19/7).
“Sebenarnya Islam yang toleran itu ada di pesantren, tapi santri kurang menyebarkan pemahaman Islamnya itu kepada khalayak. Atas dasar itu, kami melatih para santri untuk membuat film dokumenter dan untuk pertama kalinya di dunia, kami buat Festival Film Santri (FFS). Dalam program tersebut, ada 21 film dokumenter buatan santri dari seluruh Indonesia. Tapi yang kita seleksi ada 10 film. Dengan begitu, kita harap pesantren bisa menyebarkan Islam yang toleran tersebut,” ungkap Agus.
Sementara itu, Deputi Rektor Bidang Kemahasiswaan ISIF, KH Marzuki Wahid menyambut baik atas inisiasi pembuatan film dokumenter pesantren bertemakan perdamaian dan toleransi tersebut. Menurutnya, film merupakan media yang strategis untuk menyuarakan perdamaian, terlebih hasil karya para santri, di dalamnya tentu mengungkapkan fakta-fakta bahwa toleransi memang ada dalam akar-akar keislaman pesantren.
“Islam toleran di pesantren merupakan fakta terpendam yang belum terungkap, dengan terbukanya berbagai fakta yang membuktikan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia menyebarkan Islam toleran, bangsa ini harusnya optimis untuk terus menganyam keberagaman sebagai pondasi indonesia,” sambut Kiai Marzuki.
Deputi rektor juga menambahkan, pemutaran film ini sangat tepat digelar pada bulan puasa. Sebab, di bulan ini, hati setiap manusia dilatih untuk menjadi lembut.
Dalam proses seleksi karya, FFS telah memutuskan 10 pesantren yang karyanya lolos dan akan diputar di 30 pesantren, perguruan tinggi, dan komunitas sosial lainnya di Indonesia, yakni Pesantren Raudhatul Banat (Cirebon), Al-Ihya Ulumuddin (Cilacap), Al-Muayyad (Surakarta), Nahdhatul Ulum (Makassar), Darul Ma'arif (Lamongan), Qathratul Falah (Banten), Baitul Hikmah (Tasikmalaya), Al-Ghazali (Bogor), As-Shiddiqiyyah (Tangerang), dan Sabilul Hasanah (Palembang).
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Sobih Adnan
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !