LAMONGAN- Banjir luapan Bengawan Solo yang melanda dibeberapa wilayah Lamongan belakangan, hingga Minggu (6/1) terus meluas, dan sedikitnya sudah ada 12 Desa di dua Kecamatan Laren dan Babat terendam Banjir hingga ketinggian 20-70 cm.
Data yang diperoleh dari BPBD Lamongan menyebutkan, kalau hingga pukul 15.00 wib, rumah yang sudah terendam banjir mencapai 825 rumah, meliputi wilayah Laren 8 desa diantaranya, Desa Plangwot 194 rumah, Laren 15, Pesangrahan 57, Centini 6, Mojoasem 7, Keduyung 15, Bulutigo 7, dan Durikulon 8 rumah.
Sedangkan banjir di Kec Babat berada di Desa Truni ada 295 rumah yang terendam banjir, Kel Babat 109 rumah, Banaran 11, Bedahan 100 rumah. Hanya saja untuk keluarahan Banaran, Bedahan dan Kel Babat banjir disebabkan karena hujan bukan luapan sungai Bengawan Solo.
Sekretaris BPBD Suprapto mengatakan, kalau pihaknya sudah terus berupaya menanggulangi banjir, salah satunya mendistribusikan peralatan material untuk memperkuat tanggul juga terus dikirimkan ke bebrapa titik yang rawan. Material yang dikirimkan itu berupa glangsing untuk diisi pasir dan tanah, gedeg bamboo, kayu dolken dan kawat.
Meski dana APBD belum cair lanjutnya, penanggulangan dan sejumlah bantuan seperti paket sembako terus berjalan, hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan perhatian pemerintah daerah melalui BPBD, kepada korban yang terkena musibah banjir ini.
"Kita harus bertindak cepat, meski dana belum ada yang cair, ya kita harus nyari dana talangan ke pihak ketiga, masak harus menunggu uang cair, ini sudah emergency dan kita tidak boleh menunggu,"katanya.
Ia menambahkan hingga saat ini, bantuan paket sembako sudah ada 1250 yang sudah didistribusikan, BPBD sendiri sudah membeli glangsing sebanyak 10.000 lembar. Dananya baru ada sekitar Rp 12.500.000. Sementara kebutuhan total mencapai Rp 30 juta. "Mau tidak mau harus hutang, karena masyarakat emergency membutuhkan alat – alat seperti gedhek, glangsing, trucuk dan lainnya.
Suprapto belum bisa memperkirakan akan kebutuhan dana yang diperlukan semasa emergency ini. Masalahnya ketinggian air di hulu Karangnongko tidak bisa diprediksi setiap saat. Terkadang cepat naik dan turun tergantung curah hujan di bagian hulu Karangnongko yang menjadi barometer banjir tidaknya wilayah Lamongan.
Perkiraan kapan akan membayar hutang, tentu harus menunggu pencairan dana dari APBD. Apa yang diungkapkannya itu menurut Suprapto, bukan berarti menyalahkan pemerintah. Tapi ini solusi cepat dan tepat yang harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Lamongan di daerah banjir. “Hutang sementara tidak masalah, nanti juga akan dibayar setelah dana APBD cair. Yang penting masyarakat korban bencan banjir harus terlayani,”katanya.
Sementara itu, ketinggian air dibeberapa pintu air hingga pukul 15.00 wib terpantau naik turun. Di pintu air Karangnongko ketinggian air mencapai 25.70 philscal, Bojonegoro 12.95 philscal, Babat 7.82 philscal, Plangwot 5.65 philscal, Karanggeneng 4.16 philscal, Kuro Luar 2.06 philscal, Kuro dalam 0.46 philscal.
Dari ketinggian air tersebut, Babat saat ini dinyatakan siaga III, Plangwot Siaga IV, Karanggeneng Siaga III, Kuro luar Siaga II. Jr/sg
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !