RSUD Ngimbang, Kabupaten Lamongan
Warga empat kecamatan itu lebih memilih berobat ke rumah sakit di Kabupaten Mojokerto atau Jombang. Meskipun harus menempuh jarak puluhan kilo meter, namun hal itu bukan menjadi maslah. Bagi mereka, yang terpenting adalah keluarganya yang sakit bisa mendapat pelayanan maksimal dan tidak ditelantarkan.
Menurut keterangan sejumlah warga, kondisi pelayanan yang ‘asal-asalan’ di RSUD Ngimbang itu sudah berlangsung sejak lama. Namun, sampai saat ini keluhan warga tidak pernah ditanggapi. Managemen RSUD juga tidak kunjung melakukan perbaikan.
“Walah, kalau ada anggota keluarga yang sakit lebih baik dibawa ke Mojokerto, atau Jombang. Kalau dirawat disini (RSUD Ngimbang) kasihan yang sakit (pasien). Pelayanannya tidak bagus,” kata warga Ngimbang yang mengaku bernama Suparman, Selasa (09/10/20120.
“Saya punya pengalaman disitu. Saat itu ada keluarga saya yang sakit. akhirnya saya rujuk ke RSUD Swadana Jombang,” ungkap dia.
Informasi yang di himpun LICOM, RSUD Ngimabang dibangun sebagai embrio dan pusaran ekonomi baru di kawasan selatan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lamongan. Berdasar perhitungan opportunity cost (peluang) bisa meraih pendapatan Rp6 miliar hingga Rp7 miliar setiap tahun. Namun hal itu luput dari capaian, sebab, masyarakat di wilayah Lamongan selatan tidak percaya dengan pelayanan rumah sakit tipe C itu.
RSUD Ngimbang, Lamongan dibangun di atas lahan seluas 18.732 meter persegi dengan dana Rp40,369 miliar di Jalan Raya Babat-Jombang. Desain rumah sakit ini bisa dibilang cukup ‘wah’. Bagian depan dirancang seperti lobi hotel. Ruang perawatan terdiri dari ruang very important person (VIP), ruang inap kelas I, II, dan III. Selain itu, tersedia ruang rawat ibu dan anak serta satu ruang intensive care unit (ICU), dua ruang intensive cardiac care unit (ICCU), dua ruang bedah dan satu ruang bedah berada di ruang IRD (instalasi rawat darurat) yang siap sedia selama 24 jam.
“Masyarakat disini lebih ‘sreg’ berobat ke luar. Rumah sakit di Jombang dan Mojokerto pelayanannya lebih enak,” seperti itu keterangan sejumlah warga Ngimbang. Mereka terkesan antipati meski RSUD Ngimbang telah disetujui Departemen Kesehatan sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) untuk memberikan pelayanan pada masyarakat yang masuk program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) maupun Jaminan Persalinan (Jampersal).
“Jamkesmas apa? Jampersal juga tak ada gunanaya. Kita tidak pernah mendapatkan pelayanan yang baik,” ucap Suparman.
Anehnya, Direktur RSUD Ngimbang, Taufik Hidayat sudah merasa bangga hasil yang dicapai selama ini. Dengan Pasien rawat jalan rata-rata dari 350 pasien per bulan, dengan pendapatan terhitung Januari-Juni terealisai Rp210,5 juta dari target PAD sebesar Rp400 juta atau dengan rata-rata Rp35 juta per bulan.
Ketika dikonfirmasi terkait pelayanan yang selama ini dikeluhkan warga, pihak RSUD Ngimbang selalu menghindar dan tertutup kepada media.
Jainudi salah satu tokoh masyarakat Lamongan mengemukakan, DPRD sudah sering mendapatkan laporan dari masyarakat yang mengeluhkan buruknya pelayanan RSUD Ngimbang. Namun tidak sekalipun aspirasi warga tersebut ditanggapi, apalagi ditindaklanjuti.
“DPRD tak akan berani mengkritisi hasil pembangunan Lamongan, termasuk keadaan RSUD Ngimbang, mereka seperti sapi ompong,” ujarnya.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !