Meski dalam kondisi luka-luka disekujur tubuhnya, karena harus terapung selama 4 hari diperairan Kalimantan dan Kepulauan Masalembu, dua nelayan masing -masing Rasmu (30) dan Hakim Mubarok (40) asal Desa Sarang Rembang bisa bernafas lega, karena selamat dari ancaman maut akibat tingginya ombak yang mencapai 10 M. Kedua nelayan itu, Selasa (15/1) tengah mendapatkan perawatan intensif di salah satu Puskesmas wilayah Paciran.
Kapolsek Paciran AKP Guntar saat dihubungi membenarkan, kalau nelayan Paciran menemukan dua nelayan asal Rembang, dan kedua nelayan ini ditemukan mengapung ditengah laut antara Kalimantan dan Kepulauan Masalembu, lalu kedua korban itu dibawa ke Paciran sudah dalam keadaan luka-luka, dengan kondisi sangat lemah."Beruntung ditemukan nelayan Paciran, kalau tidak, bisa-bisa nyawa kedua nelayan itu terancam, apalagi kondisi perairan laut utara saat ini tidak bersahabat," terangya.
Pengakuan keduanya, kapal mereka dihantam omak setinggi 10 meter dan pecah menjadi tiga bagian. "Mereka ini sudah terapung selama hampir 4 hari dan selama ini mereka hanya minum air hujan," kata AKP Guntar.
Sayangnya, polisi belum bisa mengorek keterangan dari keduanya karena begitu sampai di Paciran keduanya langsung dilarikan ke puskesmas terdekat. Kasubag humas Polres Lamongan AKP Umar Dhami saat dikonfirmasi belum mengetahu persis kejadian itu, apalagi kedua nelayan ini termasuk bagian dari ABK Sumber Rejeki Putra 2. "Kita masih mengorek informasi asal muasal kejadiannya," “ tandasnya.
Nelayan Pantura Pilih Tidak Melaut
Sementara itu, terkait badai Narelle di Lamongan. Cuaca buruk ini membuat sebagian nelayan Lamongan terpaksa berhenti melaut. Akibatnya, stok ikan di tempat pelelangan ikan juga berkurang.
Pemandangan itu bisa dilihat di Desa Kranji, Kecamatan Paciran. Para nelayan setempat mengaku tak berani melaut karena gelombang tinggi di perairan pantura Jawa.
Subroto salah seorang nelayan Desa Kranji, mengatakan, ombak di pantura Lamongan saat ini sangat tinggi bahkan bisa mencapai lebih dari 4 meter. Jika dipaksakan melaut, kata Subroto, maka dikhawatirkan ketinggian ombak dapat merusak perahu dan membahayakan keselamatan jiwa para nelayan. "Lebih baik kita tidak melaut daripada nyawa jadi taruhanya," katanya. jr/sg
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !