Home »
Lamongan News
» Cuaca Ekstrem, Nelayan Lamongan Takut Melaut
Cuaca Ekstrem, Nelayan Lamongan Takut Melaut
Written By Unknown on Thursday, January 24, 2013 | 3:25 AM
Kapal nelayan sandar di Brondong
LAMONGAN -Cuaca ekstrem awal musim penghujan di barengi ombak cukup tinggi membuat nelayan di Lamongan tidak berani melaut. Dari 32.000 nelayan, hanya 40 persen melaut, sisannya menyandarkan perahunya menunggu cuaca bersahabat.
Ombak beasr dan angin laut berisiko tinggi terhadap keselamatan para nelayan. Kini mereka lebih memilih menyandarkan perahunya sembari melakukan kegiatan memperbaiki beberapa bagian perahu yang rusak atau sekedar mencuci badan perahu. Kalaupun ada yang nekat melaut hanya sebagian kecil, dan itupun hanya didominasi perahu berukuran besar.
Saat ini nampak ribuan perahu bersandar di Borong, Paciran, Sedayu, Weru dan Blimbing.
Meski tidak melaut, untungnya persedian untuk kebutuhan sehari – hari masih mencukupi. Saat cuaca bershabat, nelayan banyak yang menyisihkan hasilnya untuk persediaan saat cuaca ekstrem.
”Untungnya masyarakat nelayan kami sudah pintar mengatur penghasilan selama cuaca mendukung atau hasil tangkapan banyak,”kata Anas Wijaya, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lamongan, kepada Surya Kamis (24/1/2013).
Menurut Anas Wijaya, hanya sekitar 40 persannya yang berani melaut. Mereka takut karena ombak cukup tinggi. Nelayan dihantui ketakutan jika memaksakan untuk melaut. Padahal awal musim penghujan seperti ini biasanya banyaknya tangkapan jenis ikan tongkol. Harganyapun cukup menjanjikan mencapai Rp 15.000/ Kg.
Harga melambung itu karena tidak banyak tangkapan akibat nelayan tidak banyak yang melaut. Kalau panen tangkapan, ikan tongkol rata – rata harganya sekitar Rp 10.000/ Kg. Yang berani melaut untuk awal musim penghujan ini hanya perahu – perahu besar yang jumlahnya sekitar 8.000 perahu.
”Kita dari HNSI hanya bisa berharap nelayan berhati – hati dan tidak bisa memaksakan nelayan yang tidak berani melaut,”ungkap Anas Wijaya.
Kondisi tidak banyak nelayan yang melaut setiap awal musim penghujan sudah menjadi kebiasaan. Nelayan sangat hafal dengan peta cuaca setiap pergantian musim, seperti saat ini. Praktis, tidak banyak nelayan bertransaksi di TPI Brondong, Weru dan Sedayu akibat sepi tangkapan.
Ternyata sepinya tangkapan ikan laut berpengaruh dengan kondisi di Pasar Ikan Lamongan. Bahkan hampir dua bulan, para pengepul besar, seperti Suparman, H Subur dan H Kamar tidak bisa mensuplai kebutuhan pelangganya di pasar Jawa Barat. Sementara petambak juga baru memulai tabur ikan yang rata – rata umurnya antara 1, 5 ulan hingga dua bulan.
Labels:
Lamongan News
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !